Manuver-Manuver Baru

Seri Pertama

"Aku sih sangat mengharapkan bahwa setiap hari kau mau melakukan manuver-manuver baru jim. Manuver apa saja. Biar otak itu terlatih, sehingga anugrah Tuhan yang berupa kemampuan kreatifitas menjadi berdaya guna." Kata suara sunyi dikedalaman diriku pada suatu hari.

"Tuhan itu telah, sedang dan akan mengajarimu berkarya secara continu. Semua manusia sedang diajari Tuhan bagaimana cara melangkah yang benar, cara berbuat yang benar, cara berkarya dan berkreasi yang benar." Lanjut suara itu, tetap dalam kesunyiannya yang khas.

"Dalam terminologi ilmu transenden, kau mengenal apa itu Qur'an, apa itu hadis Qudsi dan apa itu hadis." Sampai disini aku belum menemukan apa hubungan semua itu dengan membuat manuver-manuver baru dalam hidup.

"Qur'an itu idenya Allah, redaksinya juga Allah. Sedang hadis Qudsi itu idenya Allah, redaksinya Muhammad. Lantas kalau hadis itu idenya Muhammad, redaksinya Muhammad"

"Disisi perjalanan hidup keseharian manusia, sebetulnya mereka juga sedang mengembarai hadis Qudsi. Menggali ide-idenya dari Tuhan, lalu menuangkan dalam redaksinya mereka." Aku melongo

"Thomas alva edison, jangan dikira bola lampu itu sekadar idenya dia semata, itu idenya Allah yang berhasil dia tangkap dan terjemahkan menjadi bola lampu, sehingga karyanya bisa mengantarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang, minaddzulumaati ilannur"

Percakapan sunyi ini berjalan begitu cepat.

"Ide-ide Tuhan itu berbentuk sinyal-sinyal ilahi yang memancar kemana-mana. seharusnya matamu sedikit peka dan sanggup menangkap sinyal-sinyal Tuhan, kemudian menggerakkan kaki kehidupan mengikuti sinyal dan getaran-getaran Tuhan itu, menuntunmu kearah yang sejati." Suara sunyi ini mulai menusuk.

"Apakah engkau mengira segala teoriku mengenai ajaran karya Tuhan, sinyal-sinyal dan getaran-getaran entah apa itu, khayalan adanya? Sebab engkau kesulitan menyaring dan memilah mana sinyal Tuhan mana sinyal setan." Baru aku hendak menjawab, si suara tiba-tiba sudah menangkap kata-kataku secara tepat.

"Engkau tak mampu membedakan getaran-getaran spiritual ilahi dan getaran nafsu jahat. engkau menuduhku hampir omong kosong. sebab sampai sekarang, engkau mungkin mengalami kebuntuan dan putus asa: 'bagaimana mengenali sinyal Tuhan, dizaman yang mana aku gampang dan riang melakukan dosa-dosa, mungkin sinyal Tuhan bukan lagi sinyal bagiku. aku tak tahu lagi bagaimana membaca sinyal dan merasakan getaran Tuhan.'" Iya, Iya! itu, itu! itu yang hendak kukatakan pada suara sunyi.

"padahal jim, memahami sinyal dan getaran Tuhan--atau lebih akuratnya--keinginan Tuhan, itu tidak luks. biasa saja. onderdil yang dibutuhkan cuman dua. pertama hati yang tulus, yang bersyukur dan berposisi mohon petunjuk, kedua pake akal." Aku hendak protes, namun suara sunyi itu berhasil mengambil start.

"apa itu hati yang tulus? hati yang kosong dari keributan-keributan kemauanmu sendiri, nafsu, ego, emosi, pelampiasan dan obsesimu sendiri." Dadaku sesak.

"menggunakan akal juga simpel kok: kalau mau menanam seseuatu, harus jelas kebunnya, kondisi tanahnya, irigasinya, kesiapan kita untuk menyiraminya, dan memelihara sampai berbuah. jadi bukan sekedar membuang-buang biji tanaman tanpa kita siapkan proses pertumbuhannya, itu namanya pelampiasan." Tiba-tiba, semuanya menjadi amat sederhana.

"Jadi selamat mengembarai kreatifitas ide-ide Tuhan, dan lahirkan manuver-manuver baru." Tutup suara sunyi itu.

0 comments: