SMS-SMS yang membuat jiwa beku

"Kalau Allah membayar hutang atas kebaikan dan keprihatinanmu tidak kepadamu, Insya Allah anak-anakmu kelak yang akan menerima anugerah itu bertumpuk-tumpuk"

"Apa saja yang menyenangkan hatimu jadikan benih tanaman kebaikan bagi anakmu, apa saja yang menyengsarakan hatimu segera niatilah menabung ongkos bagi keselamatan dan kesejahteraan anakmu"

"Kalau memasuki wirid surah Al-Ikhlas dan menciptakan atmosfir diri ikhlas, harus siap menanggung beratnya ujian. Iblis bersumpah tidak akan menyentuh orang ikhlas dan membiarkannya merdeka bercinta dengan Allah, sudah pasti itu bukan pekerjaan remeh ringan murah harga nilai dan tanggungannya"

"Perih, nelangsa, dunia jadi ampang, hidup terasa hambar. Allah berkata: pindahlah ke tempat lain yang segar, manis dan menyenangkan hatimu. Hamba menjawab: tak ada lagi yang seperti itu ya Allah, kecuali di halaman rumah ampunan dan pertolonganMu"


SMS by: Cak Nun

Kegelapan Versus Cahaya

Apa itu kondisi gelap. Dan bagaimana itu cahaya terang.

Gelap adalah kondisi dimana tidak ada cahaya.

Kalau malam sedang gelap gulita, orang-orang tak bisa melihat secara jelas, dan bertubrukan satu sama lain, berarti sedang diselimuti kegelapan.

Yang ditawarkan oleh kegelapan adalah kondisi dimana seseorang menjadi buta karena tak ada cahaya. Sehingga yang terjadi adalah kekacauan.

Lalu apa tujuan tulisan ini. Kalau sekedar pendefinisian tentang gelap dan terang, cahaya dan kebutaan, sebaiknya bisa langsung ngacir saja ke situs sejenis wikipedia, mungkin pembahasannya lebih menyeluruh.

Tapi yang terpenting adalah penarikan definisi kegelapan ini ketingkat yang lebih abstrak dan kedalam. Dimana yang dimaksud dengan kegelapan ternyata bisa masuk-masuk ke berbagai dimensi-dimensi, misalnya, kegelapan akal dan hati. Ah, itu sudah kuno, katamu.

Bagaimana dengan kegelapan spiritual?

Ck, Itu topik lama juga.

Baiklah, tapi sekurang-kurangnya aku ingin menawarkan teori tentang bagaimana mengangkat kegelapan. Disini tentu yang kumaksud kegelapan mental. Sebab ia jauh lebih seram. Dan jika mental sudah dalam kondisi gelap, bisa-bisa jiwamu nabrak-nabrak sebab tak melihat cahaya. Akhirnya jiwamu terkilir.

Apakah aku pakar pencahayaan, sehingga sesumbar memberi tips bagaimana mengangkat gelap dan meraih cahaya terang.

Justru karena hidupku gelap, akhirnya jadi tahu dan rindu dengan cahaya. Karena lama dikegelapan, akhirnya harus terpaksa mempelajari dan menemukan kunci pencahayaan. Analoginya sederhana: untuk menghayati hakekat sehat, hanya orang sakit yang sanggup melakukannya secara lebih sejati.

Kegelapan adalah sesuatu yang harus digusur. Dengan apa? Cahaya. Kenapa? Karena didalam kegelapan, semua hal yang buruk gampang terjadi.

Untuk menghajar kegelapan, perangkatnya satu, hati. Untuk memakai perangkat itu, sedikit hal simpel mesti sanggup dilakukan; bersihkan ia dari benci.

Maka cahaya akan pasti muncul menindas kegelapan. Cahaya tak bisa dibendung. Dia mengguyur begitu saja. Cahaya menerobos masuk kemana saja. Merubah gelap menjadi benderang.

Secangkir susu jahe

Mula-mula penuh, lalu tinggal setengah, lantas ludes masuk rongga tenggorokan, menyisakan rasa manis-manis pedas dikaki lidah. Leganya.

Memang kalau sedang bengong, enaknya berkhayal yang tidak-tidak sambil ditemani secangkir minuman hangat. Tapi, memangnya apa itu berkhayal yang tidak-tidak. Definisinya masih samar-samar. Aku sendiri tak bisa menelusuri akar kalimat itu. Bangsa Indonesia memang memiliki banyak sejarah bahasa yang sukar dimengerti.

Kesimpulannya, berarti ada juga pekerjaan mengkhayal yang iya-iya.

Kadang-kadang ingin rasanya diri ini nangis. Soalnya sangat banyak yang tidak bisa kesampaian dalam hidup. Sumpek diri ini memikirkan hal-hal yang ingin dicapai tapi tak sampai-sampai.

Kalau disuruh milih sih, mending jadi ayam saja, tak membutuhkan ideom-ideom dan tema-tema yang membingungkan. Cukup makan dan kawin. Masalah nanti diakhirat disediakan surga atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting dalam hidup yang hanya sekali ini, ia tidak ketemu dengan yang namanya stress.

Sebab sudah setua ini masih saja hati ini tak selesai. Ribut dengan keinginan-keinginan, ego, nafsu, kepentingan yang tidak jelas dan tidak sejati.

Sudah setua ini masih saja tidak mengenali jalan lurus. Sekalinya ketemu, tiba-tiba kaki ini kram, atau pincang mendadak, sehingga jalannya terseok dan setengah-setengah.

Maka alangkah enaknya itu ayam. Tidak dituntut harus pintar, bebas bergerak mau kemana dan tak perlu belajar bahasa inggris untuk mengerti dunia global.

Tak perlu disuruh sholat, sebab kokoknya sudah otomatis dzikir. Matinya disembelih sudah serta merta penyerahan total kepada Tuhan. Jadi tidak terbayangkan seekor ayam bisa masuk neraka. Sekalipun ini ayam terbang melangkahi kepala kyai dan e'ek di atas kopyah beliau, tetap tak terbayang besok akan ada antrian ayam dipintu neraka.

Susu jahe tinggal rasa, tapi hati ini tetap tertambat kepada ayam. Terkagum-kagum dengan perilakunya yang jika diminta raga dan jiwanya sama Tuhan, akan lantas menyerahkan, sebab otaknya yang kecil itu mengerti bahwa dirinya milik Tuhan dan tak ada saham 0 % pun baginya dalam kepemilikan itu.

Lain halnya dengan manusia, yang merasa sangat berhak atas dirinya sendiri. Sehingga apapun harus yang sesuai selera diri sendiri. "Inna lillahi" itu terminologi asing. Kita milik Allah, jiwa raga kita pinjaman, namun jika diminta, kita ngotot tidak mau ngasih jiwa kita. Kita gerak bukan berdasar kepada apa yang benar menurut Tuhan, tapi berdasar mood atau tidak mood. Seolah-olah tuhan kita adalah mood itu sendiri.

Alangkah bahagianya ayam yang tak pernah tau mood. Tidak pernah diperbudak mood, tidak sekalipun menjadi hambanya mood. Hanya maju terus bikin telor bikin anak.

Ah, apakah ini namanya mengkhayal yang tidak-tidak.

Membaca yang terlewat

Seri Kesepuluh

"Dunia sudah sampai pada tingkat keruwetan yang tak terkirakan. Saking tak terurainya sehingga hampir-hampir menyerupai persoalan mistik. Lalu-lintas kejadian aneh dan memilukan terselenggara tiap hari. Berita--berita dan isu-isu global beserta misterinya makin memenuhi angkasa."

"Dan eksistensimu sebagai manusia, telah sejak lama dituntut Tuhan untuk sanggup membaca dan menemukan nilai-nilai dibalik semesta maha rumit ini. Hal itu tidak berlebihan kok. Sebab Tuhan juga menyediakan onderdil dan perangkatnya lengkap. Otak dan hati."

"Maka otak harus bekerja sekeras-kerasnya, secepat-cepatnya, otak tak boleh tidur, bahkan otak harus lebih cepat dari waktu dan cahaya. Meski otak tak bisa menjelaskan apa-apa tentang Tuhannya, otak berguru pada hati, hati hanya bisa berkiblat kepada Tuhannya. Otak membantunya. Otak harus selalu berevolusi."

"Apakah engkau takut dan gagap dihadapan doktrin "otak manusia terbatas"? Jangan hina Tuhan yang telah menciptakan karya maha ajaib ini. Yang kekompleksanya tak tertandingi oleh produk manusia disebelah bumi manapun dan zaman apapun."

"Sesungguhnya para penyeru "otak manusia terbatas" adalah sekumpulan besar penyumbang kestagnasian manusia di bumi Tuhan yang membutuhkan analisa total."

"Otak melahap semuanya. Otak seperti api. Otak bisa menampung informasi sejak usia anak2 sampai puluhan tahun setelahnya. Otak adalah raungan maha luas yang belum betul-betul engkau eksplorasi kelapangannya."

"Dan engkau membiarkan bite-bite informsi berlari melewatimu waktu demi waktu."

"Bayarannya adalah kebodohan."

"Dan saatnya untuk menebus kembali. Maka Mau tak mau engkau harus membaca yang terlewati."

Pr-pr-pr kukerjakan nanti

Seri Kedelapan

"Sebetulnya jim, persoalan bangsamu itu adalah ideologi "saya akan menyelesaikan PR-PR ini--nanti--"

"Misalnya korupsi itu sebuah PR besar. Dan pasti janji akan diselesaikan oleh lembaga penghancur korupsi. Kemiskinan, soal-soal moneter, keadilan, kecurangan negara, akan dibereskan oleh pihak-pihak yang dibebani urusan negara. Tapi ya itu tadi: nanti."

"Sekarang belum waktunya. Sekarang adalah masa-masa kita berjoget. Perbaikan, konstruksi, kebangkitan atau apapun saja yang menyangkut ttg gerak perubahan, mari diomongkan nanti saja, dibelakang."

"Engkau lahir dari sebuah 'ibu' pertiwi yang demikian. Aku sendiri tidak mungkin mengharapkanmu mempunyai psikologis yang lebih baik dari bangsamu itu. Mana mungkin dalam komunitas ayam ada yang mengembik atau kambing berkokok."

"Aku hanya bertugas memaparkan segala kemungkinan-kemungkinan dihadapan hidungmu. engkau merdeka memilih kemungkinan itu."

"Lanjutkanlah ideologi "mengerjakan PR--nanti--"mu itu. Tak membutuhkan waktu lama, engkau akan tenggelam dalam lautan-lautan PR. Sehingga tak mampu lagi secara jernih menganalisa, mana pr yang harus kau kerjakan lebih dulu. PR-PR itu selalu ada. datang tiap hari. Tidak mungkin satu haripun sepi dari PR-PR."

"Cara paling baik adalah menentukan pilihan: menseriusi PR-PR itu, atau meninggalkannya sama sekali. Jangan berpikiran mengerjakan setengah-setengah. Hidupmu akan mubadzir dan capek. Jika malas, mending sekalian bersikap jantan untuk meninggalkan saja PR-PR itu."

Kau mengerti maksudku apa PR-PR itu kan.

mustahil kehabisan ide

Seri Keenam

"Apakah kau stagnan, mandek di hadapan semesta maha unik ini."

"Pandanglah alam. Kau bisa mengurai apa saja, mengamat-amati, menyimpulkan, melahirkan ide-ide. Namun itu tentu saja jika kau mau melakukannya, jim."

"Misalnya kau menatap air. Mempelajari sifat-sifatnya. Air tak bisa ditusuk. Air menghibur api. Pada situasi tertentu air menjadi gelombang, menggulingkan kapal mewah yang sesumbar. Kau analisa sifat air. Kau tuangkan kedalam dirimu. Kau memutuskan untuk berguru kepada sifat air, memilih menjadi air ketimbang api. Kau kuliti semuanya tentang air."

"Dan sebuah tulisan mengenai air, karakternya, analogi, qiyas-qiyas dan perumpaannya, bisa kau selesaikan dalam beberapa menit. Apa yang membuatmu merasa tak punya ide."

"Kau menatap mendung berarak-arak di langit. Mengandung molekul-molekul H20 yang tak terhingga banyaknya. Membawanya kemana-mana hingga titik jenuh, kemudian menumpahkan miliaran rintik hujan. Kau ambil sebuah kesimpulan dari gejala-gejala alam. mengkiaskanya dengan kondisi sosial, kritik budaya, atau meraciknya menjadi semacam suguhan rohani, seperti "hujan al-mukarrom". Maka beberapa ide baru bisa muncul dibalik tempurung otakmu itu. Lalu apa itu kehabisan ide?"

"Kau bersosial, bertemu satu sama lain. Merasakan gesekan-gesekan. Menangkap suara-suara merengek, memekik, menjerit girang, tangisan sunyi dipojok, jerit samar ditengah kebanggaan-kebanggaan, kebahagian didalam kesempitan-kesempitan, dan lain-lain, dan sebagainya. Membutuhkan berjuta-juta lembar untuk kau selesai menuliskannya."

"Maka katakan padaku jim, apa sebetulnya kehabisan ide itu."


menemukan keasyikan
Seri Ketujuh

"Insting manusia yang paling dasar memintamu--lebih akuratnya--memaksamu, menemukan keasyikan demi keasyikan."

"Engkau mengejarnya, membelinya, mengupayakan banyak hal supaya meraihnya. Tuhan mungkin tidak lebih menarik dan tak termasuk dari keasyikan-keasyikan itu. Tuhan hanya selingan. Tidak pokok dan primer, kau lebih memutuskan: daripada hidup sepi, tak asyik, mending menemukan sesuatu yang asyik dan melupakan yang abstrak--Tuhan--jika sudah selesai dengan keasyikan-keasyikan itu, barulah comeback ke Tuhan."

"Tapi sungguh celaka jim, keasyikan yang kau kejar itu nagih. Sesudah terpuaskan oleh satu keasyikan, akan sepi lagi hidupmu. Sehingga terpaksa kau cari keasyikan yang lain: ia nagih dan nagih seperti marijuana. Jadinya kau berlari terus. Lari marathon tanpa garis finish. Ketika capek kau sadar rupanya keasyikan tadi menipumu. Tapi bagaimana lagi, ia sudah menagihmu, menyandumu, terpaksa kau susun strategi untuk mengejar keasyikan selanjutnya."

"Dan diakhir pengejaranmu itu, kau tetap sepi. Kau tetap merupakan manusia yang membutuhkan hal sejati. Kau mau balik lagi sudah tak tau kemana. Akhirnya kau mentok ke Tuhan juga. Merengek-rengek supaya diberi petunjuk, bimbingan, welas asih."

"Dan Tuhan menyediakan sifat pengampun yang luas pula."

"Untuk menghilangkan nagih itu, kau memang harus sedikit sakit, sakau."

"Setelah itu, baru kau temukan keasyikan bergabung dengan Tuhan."

your heart is a scanner

Seri Keempat

Obrolan hati

"kemarin malam kita obrol-obrol tentang kebingunganmu: kenapa tak tau apa yang mesti dikerjakan, buntu, tidak punya rencana, bla-bla-bla mengenai kebodohan pikiran."

"Sedikit tersinggung dalam obrolan semalaman adalah perilaku scan diri: Upaya menemukan faktor-faktor yang mengantarkanmu menuju ketidakberdayaan terhadap ujian-ujian hidup, melakukan pekerjaan sejenis norton atau eset nod 32 anti virus. Ini serius. Bukan analogi, qiyas-qiyas, atau perumpaan-perumpaan nyinyir terhadap penemuan system modern macam antivirus-antivirus itu."

"Scan diri adalah jalan keluar dari keruwetan-keruwetan lahiriahmu yang timbul dari faktor yang lebih inner. engkau menyapu potensi-potensi jahat dalam dirimu, menetralisir, mengkarantinakannya sehingga engkau aman dari kemungkinanan jangkauan dan pengaruh potensi-potensi tersebut."

"Bahasa awamnya introspeksi. Artinya engkau berhenti sejenak untuk memisahkan diri dari raga kasarmu, mengamatinya dengan pandangan yang jujur, menghakimi khilaf secara objektif dan menemukan formula islah yang tepat. Introspeksi tidak hanya mengakui tetapi membenahi. sebagaimana scan tidak hanya menemukan melainkan membetulkan."

"Menscan diri itu tidak wah. biasa saja. Bisa dilakukan kapan saja dan tidak bayar. Tak perlu username serta kode-kode rumit, tak membutuhkan update, juga tak harus connect ke internet atau jaringan-jaringan apapun. sebab hati dan otakmu mengandung wireless yang Tuhan sendiri merancangnya supaya mampu menangkap update-update ilham harian dariNya. dua alat itu ampuh untuk mengerjakan scan".

"Maka mari sama-sama menscan."



bisikan di telingamu
Seri Kelima

Tegur sapa hati

"Jim, kapan-kapan kita urus lagi bangunan-bangunan sejarahmu. aku sangat siap menemanimu untuk itu. aku tidak tidur kok. senantiasa mengamatimu. kau under control sebetulnya, kalau saja tak kau lanjutkan kebiasaanmu menindasku. Namun tak soal, sekerap apapun penindasan itu, tak akan sampai mengakibatkan aku musnah sirna. Pada momentum tertentu, kondisi psikologis tertentu, aku tetap akan sanggup nongol, menyeruak dan mempengaruhi. tidak pernah bisa benar-benar kau hilangkan."

"Dan lagi-lagi, lagi-lagi aku melihatmu terpaku."

"Engkau merasa tak punya jalan yang jelas lagi. Engkau di buntu oleh kebodohan-kebodohan, oleh kemubadziran yang sukses engkau selenggarakan, dalam detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, windu...dalam rentang waktu yang Tuhan kasihkan kepadamu? Engkau tak mampu bercakap-cakap secara jernih dengan dirimu sendiri. sehingga hidupmu membuih. Bergerak tanpa arah? terombang ambing oleh kekuatan besar yang tak pernah bisa benar-benar kau pahami?"

"Lalu sekarang engkau tak sanggup menatap hidupmu sendiri? engkau berada didaerah asing yang kau sendiri tak kenali? Dan engkau muak dengan ketidak jelasan mengenai apa yang mesti engkau kerjakan? engkau sesali kedunguan-kedunguan itu. Engkau ikrarkan pengibaran bendera kebangkitan? Namun tak sanggup memulai dari mana?"

"Sini, kubisikan sesuatu ke telingamu. Mari menemukan kembali alamat kita. Semua sudah di konsep sama yang Maha mengonsep. Tugas kita tinggal mengerjakan konsep itu. jangan kuatir jim, ini konsep bukan diktator. ia semacam outline yang membimbing kita. Tidak membatasi, tetapi mengamankan. Sekarang tinggal susun tenaga untuk bergerak, bekerja. Kita perlu bekerja masalahnya. Mikir itu bekerja juga. Kalau perlu sambil tidurpun terus bekerja. Terus mikir. Terus merenung. Terus mendaftari penyakit kita, untuk kita temukan sendiri obatnya."

Tapi celaka, penyakitmu itu ternyata adalah tabdzir. Membuang-buang. Entah waktu entah tenaga--dan banyak hal lain lagi--. Namun bukan untuk sesuatu yang substansial. tidak berisi dan sangat remeh temeh. Ayolah, act like an adult, supaya kelak di suatu masa yang jauh kau tak sengsara.

mengerjakan yang mesti dikerjakan

Seri Ketiga

Kisah-kisah hati

"Jim, sebetulnya sih tak perlu membebani pikiran, dengan rumitnya rencana-rencana mengenai apa yang mesti dikerjakan dalam hidup yang hanya sebentar ini."

"Soalnya aku sering mendengar suara sunyimu yang murung, kau terduduk dipojok tak mengerti apa yang mesti kau lakukan, sesekali otakmu memekik putus asa dan berujung kepada intimidasi dalam hati: 'kenapa aku tak bisa membuat sebuah rencana besar? kenapa otakku tak sanggup berjalan untuk sekurang-kurangnya merancang program-program kecil harian sehingga hidupku tidak membuih dan mengambang? untuk sekadar mengerti kewajiban-kewajiban sebagai subjek akademis saja, otakku sukar diajak kompromi'"

"Ya, ya, ya aku mengerti, paling mengerti dengan aduan-aduan sunyimu yang tak terucap, sebab aku bersemayam dalam dirimu. Aku sangat akrab kepadamu. bahkan mengerti dan memahamimu melebihi dirimu sendiri. meski kudapati setiap saat kau menindasku, itu tetap tak sanggup menghilangkan peranku atasmu."

"mungkin Tuhan sedang melangsungkan sunnatullah atas hidupmu. otakmu yang sekarang tak sanggup mengurai bahkan untuk urusan "apa yang hendak kau lakukan", itu merupakan sindiran alami Tuhan--ya itu tadi sunnatullah; hukum Allah yang berlaku secara alami seirama dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkanNya--"

"Kenapa sunnatullah atas dirimu kok begitu? karena bangunan sejarahmu tidak beres. mungkin sebab utamanya kau terbiasa melewatkan hal-hal yang mestinya kau kerjakan namun kau abaikan. sehingga di ujung kesadaranmu, engkau bingung, tak mengenali lagi hal-hal yang harus dan semestinya kau lakukan dalam melangkahkan kaki kehidupan."

"Namun Tuhan tetap menyediakan diri jika kapan-kapan engkau pingin merayuNya supaya mengembalikan kemampuanmu berproduk kreatifitas planning. sehingga kau tau setiap saat apa yang mesti kau perbuat dan kemana harus bergerak, bagaimana bergeraknya, berapa kadar geraknya, sehingga terbuka tabir kegelapan di otakmu, dan terpancar cahaya di ubun-ubunmu."

Dengar suara di keheningan hatimu. sebagai obat atas penyakit "kenapa-aku-tak-tahu-apa-yang-seharusnya-kuperbuat"mu itu. dengarkanlah jawaban itu:


"kerjakan apa saja yang mesti kau kerjakan sebagai manusia"


"kalau engkau masih tak paham, amatilah dirimu, sekelilingmu, alam dan manusia--apa saja--temukan iramanya, keharmonisannya, gerak, arah dan auranya. scanlah semuanya dengan otak anugrah Tuhan dan hati bersahaja: kira-kira adakah yang tidak beres disana, yang tidak setia terhadap prinsip gerak dan posisinya, jika ada, sesuatu yang mesti kau kerjakan adalah membenahinya."

"Kau masuk kamar, disambut oleh sampah dan barang-barang, kau memberesinya, maka kaulah manusia yang mengerti apa yang mesti kau kerjakan. dalam skala lebih besar, kamar itu juga bisa berupa sebuah lapangan kehidupan, sampah-sampah itu bisa berwujud keinginan-keinginan egoistik, praktek kecurangan-kecurangan, kekerdilan dan kebodohan, apapun saja--dan kau mengerti apa yang mesti kau lakukan."

Mencurigai diri sendiri

Seri Kedua

mewawancarai hati

"Entah hobi ini diwarisi dari siapa. Secara tak sadar, sebetulnya kau amat suka bercuriga dan "melotot" kepada sekelilingmu. Diam-diam, engkau terlatih untuk mendahulukan prasangka ketimbang kejernihan memandang. mungkin kau tidak menyadari, tapi aku mengetahui. Sebab aku bersemayam dalam dirimu. dikandungan batinmu terselip prasangka-prasangka yang kadang-kadang jahat. Yang setiap saat bisa keluar berwujud laku."

"Mumpung kita sedang berdialog jim, dalam kesempatan ini ku ajak engkau untuk justru bercuriga terhadap diri sendiri sebanyak-banyaknya. dan matamu itu, lebih bijak jika tidak "melotot" menatap orang lain dan sekelilingmu."

"Tapi aku tahu, dirimu terdidik oleh iklim curiga dan mata-mata melotot. sehingga mental dan psikologismu tanpa sadar bergerak natural mengikuti asmosfer yang demikian."

"Namun, jika kau mau belajar untuk angkuh terhadap diri sendiri, bercuriga dan melotot kepada dirimu sendiri, maka pekerjaan "curiga-mata melotot"mu terhadap orang lain akan terlupakan otomatis."

"Kenalkah kau sama Muhammad putra Abdullah? Makhluk paling suci dikolong langit ini? Tidak berhenti mencuigai dirinya dari dosa, sehingga seolah-olah satu-satunya profesinya adalah memohon ampun."

"semoga ada suara yang selalu membisikimu bahwa hal utama --sebelum kau memelototi orang lain atas sikap-sikapnya yang kau anggap tidak pantas--kau ambil kaca dan menatap jernih sambil curiga sedalam-dalamnya terhadap diri: jangan-jangan kau lebih buruk dari orang yang kau curigai dan pelototi itu."


mengerjakan yang mesti dikerjakan
Seri Ketiga

Kisah-kisah hati

"Jim, sebetulnya sih tak perlu membebani pikiran, dengan rumitnya rencana-rencana mengenai apa yang mesti dikerjakan dalam hidup yang hanya sebentar ini."

"Soalnya aku sering mendengar suara sunyimu yang murung, kau terduduk dipojok tak mengerti apa yang mesti kau lakukan, sesekali otakmu memekik putus asa dan berujung kepada intimidasi dalam hati: 'kenapa aku tak bisa membuat sebuah rencana besar? kenapa otakku tak sanggup berjalan untuk sekurang-kurangnya merancang program-program kecil harian sehingga hidupku tidak membuih dan mengambang? untuk sekadar mengerti kewajiban-kewajiban sebagai subjek akademis saja, otakku sukar diajak kompromi'"

"Ya, ya, ya aku mengerti, paling mengerti dengan aduan-aduan sunyimu yang tak terucap, sebab aku bersemayam dalam dirimu. Aku sangat akrab kepadamu. bahkan mengerti dan memahamimu melebihi dirimu sendiri. meski kudapati setiap saat kau menindasku, itu tetap tak sanggup menghilangkan peranku atasmu."

"mungkin Tuhan sedang melangsungkan sunnatullah atas hidupmu. otakmu yang sekarang tak sanggup mengurai bahkan untuk urusan "apa yang hendak kau lakukan", itu merupakan sindiran alami Tuhan--ya itu tadi sunnatullah; hukum Allah yang berlaku secara alami seirama dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkanNya--"

"Kenapa sunnatullah atas dirimu kok begitu? karena bangunan sejarahmu tidak beres. mungkin sebab utamanya kau terbiasa melewatkan hal-hal yang mestinya kau kerjakan namun kau abaikan. sehingga di ujung kesadaranmu, engkau bingung, tak mengenali lagi hal-hal yang harus dan semestinya kau lakukan dalam melangkahkan kaki kehidupan."

"Namun Tuhan tetap menyediakan diri jika kapan-kapan engkau pingin merayuNya supaya mengembalikan kemampuanmu berproduk kreatifitas planning. sehingga kau tau setiap saat apa yang mesti kau perbuat dan kemana harus bergerak, bagaimana bergeraknya, berapa kadar geraknya, sehingga terbuka tabir kegelapan di otakmu, dan terpancar cahaya di ubun-ubunmu."

Dengar suara di keheningan hatimu. sebagai obat atas penyakit "kenapa-aku-tak-tahu-apa-yang-seharusnya-kuperbuat"mu itu. dengarkanlah jawaban itu:


"kerjakan apa saja yang mesti kau kerjakan sebagai manusia"


"kalau engkau masih tak paham, amatilah dirimu, sekelilingmu, alam dan manusia--apa saja--temukan iramanya, keharmonisannya, gerak, arah dan auranya. scanlah semuanya dengan otak anugrah Tuhan dan hati bersahaja: kira-kira adakah yang tidak beres disana, yang tidak setia terhadap prinsip gerak dan posisinya, jika ada, sesuatu yang mesti kau kerjakan adalah membenahinya."

"Kau masuk kamar, disambut oleh sampah dan barang-barang, kau memberesinya, maka kaulah manusia yang mengerti apa yang mesti kau kerjakan. dalam skala lebih besar, kamar itu juga bisa berupa sebuah lapangan kehidupan, sampah-sampah itu bisa berwujud keinginan-keinginan egoistik, praktek kecurangan-kecurangan, kekerdilan dan kebodohan, apapun saja--dan kau mengerti apa yang mesti kau lakukan."

Manuver-Manuver Baru

Seri Pertama

"Aku sih sangat mengharapkan bahwa setiap hari kau mau melakukan manuver-manuver baru jim. Manuver apa saja. Biar otak itu terlatih, sehingga anugrah Tuhan yang berupa kemampuan kreatifitas menjadi berdaya guna." Kata suara sunyi dikedalaman diriku pada suatu hari.

"Tuhan itu telah, sedang dan akan mengajarimu berkarya secara continu. Semua manusia sedang diajari Tuhan bagaimana cara melangkah yang benar, cara berbuat yang benar, cara berkarya dan berkreasi yang benar." Lanjut suara itu, tetap dalam kesunyiannya yang khas.

"Dalam terminologi ilmu transenden, kau mengenal apa itu Qur'an, apa itu hadis Qudsi dan apa itu hadis." Sampai disini aku belum menemukan apa hubungan semua itu dengan membuat manuver-manuver baru dalam hidup.

"Qur'an itu idenya Allah, redaksinya juga Allah. Sedang hadis Qudsi itu idenya Allah, redaksinya Muhammad. Lantas kalau hadis itu idenya Muhammad, redaksinya Muhammad"

"Disisi perjalanan hidup keseharian manusia, sebetulnya mereka juga sedang mengembarai hadis Qudsi. Menggali ide-idenya dari Tuhan, lalu menuangkan dalam redaksinya mereka." Aku melongo

"Thomas alva edison, jangan dikira bola lampu itu sekadar idenya dia semata, itu idenya Allah yang berhasil dia tangkap dan terjemahkan menjadi bola lampu, sehingga karyanya bisa mengantarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang, minaddzulumaati ilannur"

Percakapan sunyi ini berjalan begitu cepat.

"Ide-ide Tuhan itu berbentuk sinyal-sinyal ilahi yang memancar kemana-mana. seharusnya matamu sedikit peka dan sanggup menangkap sinyal-sinyal Tuhan, kemudian menggerakkan kaki kehidupan mengikuti sinyal dan getaran-getaran Tuhan itu, menuntunmu kearah yang sejati." Suara sunyi ini mulai menusuk.

"Apakah engkau mengira segala teoriku mengenai ajaran karya Tuhan, sinyal-sinyal dan getaran-getaran entah apa itu, khayalan adanya? Sebab engkau kesulitan menyaring dan memilah mana sinyal Tuhan mana sinyal setan." Baru aku hendak menjawab, si suara tiba-tiba sudah menangkap kata-kataku secara tepat.

"Engkau tak mampu membedakan getaran-getaran spiritual ilahi dan getaran nafsu jahat. engkau menuduhku hampir omong kosong. sebab sampai sekarang, engkau mungkin mengalami kebuntuan dan putus asa: 'bagaimana mengenali sinyal Tuhan, dizaman yang mana aku gampang dan riang melakukan dosa-dosa, mungkin sinyal Tuhan bukan lagi sinyal bagiku. aku tak tahu lagi bagaimana membaca sinyal dan merasakan getaran Tuhan.'" Iya, Iya! itu, itu! itu yang hendak kukatakan pada suara sunyi.

"padahal jim, memahami sinyal dan getaran Tuhan--atau lebih akuratnya--keinginan Tuhan, itu tidak luks. biasa saja. onderdil yang dibutuhkan cuman dua. pertama hati yang tulus, yang bersyukur dan berposisi mohon petunjuk, kedua pake akal." Aku hendak protes, namun suara sunyi itu berhasil mengambil start.

"apa itu hati yang tulus? hati yang kosong dari keributan-keributan kemauanmu sendiri, nafsu, ego, emosi, pelampiasan dan obsesimu sendiri." Dadaku sesak.

"menggunakan akal juga simpel kok: kalau mau menanam seseuatu, harus jelas kebunnya, kondisi tanahnya, irigasinya, kesiapan kita untuk menyiraminya, dan memelihara sampai berbuah. jadi bukan sekedar membuang-buang biji tanaman tanpa kita siapkan proses pertumbuhannya, itu namanya pelampiasan." Tiba-tiba, semuanya menjadi amat sederhana.

"Jadi selamat mengembarai kreatifitas ide-ide Tuhan, dan lahirkan manuver-manuver baru." Tutup suara sunyi itu.