mustahil kehabisan ide

Seri Keenam

"Apakah kau stagnan, mandek di hadapan semesta maha unik ini."

"Pandanglah alam. Kau bisa mengurai apa saja, mengamat-amati, menyimpulkan, melahirkan ide-ide. Namun itu tentu saja jika kau mau melakukannya, jim."

"Misalnya kau menatap air. Mempelajari sifat-sifatnya. Air tak bisa ditusuk. Air menghibur api. Pada situasi tertentu air menjadi gelombang, menggulingkan kapal mewah yang sesumbar. Kau analisa sifat air. Kau tuangkan kedalam dirimu. Kau memutuskan untuk berguru kepada sifat air, memilih menjadi air ketimbang api. Kau kuliti semuanya tentang air."

"Dan sebuah tulisan mengenai air, karakternya, analogi, qiyas-qiyas dan perumpaannya, bisa kau selesaikan dalam beberapa menit. Apa yang membuatmu merasa tak punya ide."

"Kau menatap mendung berarak-arak di langit. Mengandung molekul-molekul H20 yang tak terhingga banyaknya. Membawanya kemana-mana hingga titik jenuh, kemudian menumpahkan miliaran rintik hujan. Kau ambil sebuah kesimpulan dari gejala-gejala alam. mengkiaskanya dengan kondisi sosial, kritik budaya, atau meraciknya menjadi semacam suguhan rohani, seperti "hujan al-mukarrom". Maka beberapa ide baru bisa muncul dibalik tempurung otakmu itu. Lalu apa itu kehabisan ide?"

"Kau bersosial, bertemu satu sama lain. Merasakan gesekan-gesekan. Menangkap suara-suara merengek, memekik, menjerit girang, tangisan sunyi dipojok, jerit samar ditengah kebanggaan-kebanggaan, kebahagian didalam kesempitan-kesempitan, dan lain-lain, dan sebagainya. Membutuhkan berjuta-juta lembar untuk kau selesai menuliskannya."

"Maka katakan padaku jim, apa sebetulnya kehabisan ide itu."


menemukan keasyikan
Seri Ketujuh

"Insting manusia yang paling dasar memintamu--lebih akuratnya--memaksamu, menemukan keasyikan demi keasyikan."

"Engkau mengejarnya, membelinya, mengupayakan banyak hal supaya meraihnya. Tuhan mungkin tidak lebih menarik dan tak termasuk dari keasyikan-keasyikan itu. Tuhan hanya selingan. Tidak pokok dan primer, kau lebih memutuskan: daripada hidup sepi, tak asyik, mending menemukan sesuatu yang asyik dan melupakan yang abstrak--Tuhan--jika sudah selesai dengan keasyikan-keasyikan itu, barulah comeback ke Tuhan."

"Tapi sungguh celaka jim, keasyikan yang kau kejar itu nagih. Sesudah terpuaskan oleh satu keasyikan, akan sepi lagi hidupmu. Sehingga terpaksa kau cari keasyikan yang lain: ia nagih dan nagih seperti marijuana. Jadinya kau berlari terus. Lari marathon tanpa garis finish. Ketika capek kau sadar rupanya keasyikan tadi menipumu. Tapi bagaimana lagi, ia sudah menagihmu, menyandumu, terpaksa kau susun strategi untuk mengejar keasyikan selanjutnya."

"Dan diakhir pengejaranmu itu, kau tetap sepi. Kau tetap merupakan manusia yang membutuhkan hal sejati. Kau mau balik lagi sudah tak tau kemana. Akhirnya kau mentok ke Tuhan juga. Merengek-rengek supaya diberi petunjuk, bimbingan, welas asih."

"Dan Tuhan menyediakan sifat pengampun yang luas pula."

"Untuk menghilangkan nagih itu, kau memang harus sedikit sakit, sakau."

"Setelah itu, baru kau temukan keasyikan bergabung dengan Tuhan."

0 comments: